K3 Pekerja Tower Telekomunikasi
MANAJEMEN RISIKO
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA PROYEK PEMBANGUNAN TOWER BTS
PT.
XYZ DI PROVINSI JAWA TIMUR
Firmansyah Ilham Sasmita Diharja1, Moch Sahri2
1. Mahasiswa Program Studi D-IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan, Universitas
Nahdlatul
Ulama Surabaya, Indonesia
2. Dosen Program Studi D-IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan, Universitas
Nahdlatul
Ulama
Surabaya, Indonesia
Article Info ABSTRACT
Article history:
Received 18
Jan 2022
Revised 25 Feb 2022
Accepted 03 Mar 2022
Keywords:
Manajemen Risiko Hazard/Bahaya
Kategori Risiko Ekstrim
Kategori Risiko Tinggi Kategori Risiko Sedang
This research aimed to identify risks in the BTS tower construction process which will
then be assigned to OHS risks, then provide control measures over which will ultimately reduce the number of work accidents. The type of this research is qualitative research with research
subjects that
are
10 construction
workers and
1
supervisor/foreman working at PT. XYZ is doing the BTS tower work in a city in East Java Province with data collection techniques, namely observation through direct observation of each stage of the BTS tower construction work. Analysis
of the data obtained is
then analyzed based on the standard Australia/New Zealands 4360: 2004 "Risk Management". The results of this study show that there are 12 stages in which 53 hazards/hazards are
then classified into 3 according to the source of the hazard, namely work attitude 9 findings
with a severity level of (extreme), 6 findings with a level (high), and work tools
3 findings with a level of (medium). The control measures are based on the UNSW Health and Safety
(2008) standard where the hazard sources with extreme risk are
prioritized for
recommendation first, then followed by high risk, and so on,
then the severity
level is calculated
for
(medium), for the environment. work becomes (medium) and for work tools
(low).
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
risiko pada pembangunan tower BTS
yang kemudian
akan dinilai atas
risiko K3, selanjutnya memberikan tindakan
pengendalian atas risiko yang pada akhirnya akan mengurangi
angka
kecelakaan kerja.
Jenis dari penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subyek penelitian yaitu
para pekerja pembangunan tower
BTS
sebanyak
10 orang
pekerja
dan
1
orang
pengawas/mandor yang bekerja di PT. XYZ yang melakukan pekerjaan pembangunan
tower BTS disalah satu kota di Provinsi Jawa Timur dengan teknik pengambilan data
yaitu observasi
melalui pengamatan langsung
terhadap setiap tahapan
pekerjaan pembangunan tower BTS. Analisa data yang diperoleh kemudian di analisis dengan
berdasarkan standar
Australia/New
Zealands ³Risk
Managament´ +DVLO penelitian
ini
menunjukan
terdapat 12
tahapan
pekerjaan dimana
ditemukannya 53
hazard/bahaya yang kemudian digolongkan menjadi 3 menurut sumber bahayanya yaitu sikap kerja 9 temuan dengan tingkatan keparahan (ekstrime), lingkungan kerja 6 temuan dengan tingkatan (tinggi), dan alat kerja 3 temuan dengan tingkatan (sedang). Kemudian
selanjutnya melakukan langkah pengendalian sesuai hirarki pengendalian dimana sumber
hazard risiko ekstrim diprioritaskan untuk mendapat rekomendasi terlebih dulu, kemudian rekomendasi risiko tinggi, dan seterusnya, sehingga mendapatkan nilai tingkat
keparahan untuk
sikap kerja (sedang),
untuk lingkungan kerja menjadi (sedang) dan
untuk alat kerja (rendah).
Corresponding Author:
Moh. Sahri
Lecturer of Occupational Health and Safety, Health Faculty Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Email : firmansyahilham015.k318@student.unusa.ac.id
Journal homepage: https://journal.lppm-unasman.ac.id/index.php/jikm/index
1. PENDAHULUAN
Manajemen risiko menyangkut
budaya, proses dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik. Manajemen risiko adalah bagian integral
dari proses manajemen
yang berjalan
dalam perusahaan. Dalam aspek K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) kerugian berasal dari kejadian yang tidak diinginkan yang timbul dari aktivitas organisasi. Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola
risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang
tidak
diinginkan
secara komphrehensif, terencana
dan
terstruktur dalam suatu sistem yang baik. [1]
Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek
konstruksi akan menjadi
salah satu penyebab
terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek.
Oleh karena itu, pada
saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan system manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja
(K3) di lokasi kerja
dimana masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek. Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
merupakan salah satu hal
utama yang harus dijaga agar produktivitas kerja tetap tinggi. [2]
Pelaksanaan K3 di tempat kerja sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU No. 1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Permenakertrans No. 1 tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, merupakan kewajiban perusahaan untuk melindungi tenaga
kerja dari
potensi bahaya
yang ada
ditempat
kerja. Menurut data
yang dilansir oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, kecelakaan kerja pada sektor konstruksi meningkat dari 114.000 ditahun 2019 menjadi 177.000 kecelakaan yangterjadi ditahun 2020.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja dapat direncanakan, dilakukan dan
dipantau dengan melakukan studi karakteristik tentang kecelakaan kerja agar upaya
pencegahan dan penanggulangannya
dapat dipilih melalui metode yang
tepat. [3-4]
Berdasarkan uraian diatas tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi risiko ± risiko keselamatan
dan
kesehatan kerja yang ada pada proyek pembangunan tower BTS yang selanjutnya akan dilakukan penilaian atas risiko ± risiko keselamatan dan
kesehatan kerja yang ada, kemudian
memberikan tindakan pengendalian
atas risiko
± risiko kesemalatan dan kesehatan kerja yang ada, sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan
kerja pada area proyek
pembangunan tower
BTS.[5]
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 08, No. 1, 2022: 20-33
2. METODE
PENELITIAN
Jenis
penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan subyek penelitian yaitu
pada pekerja
pembangunan tower BTS sebanyak 10 orang pekerja
dan 1 orang
pengawas/mandor yang bekerja di PT. XYZ yang melakukan pekerjaan pembangunan
tower BTS di salah satu kota di Provinsi Jawa
Timur. Teknik pengambilan data dengan
melakukan observasi melalui pengamatan langsung terhadap setiap tahapan pekerjaan
pembangunan
tower BTS. Kemudian
data yang telah diperoleh
kemudian
dilakukan analisa
dengan berdasarkan standar
Australia/New Zealands 4360 : 2004 ³Risk Management´.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Pada proyek pembangunan tower BTS (Base Transceiver Station) yang
dibangun di Provinsi Jawa Timur,
PT. XYZ melibatkan pekerja yang memiliki pengalaman bekerja dalam pembangunan tower bts (base tranceiver station) meliputi mandor 1 orang, pekerja sipil 10 orang.
Dari hasil penelitian dan observasi lapangan, pada
pembangunan
tower
bts
(base
tranceiver station)
di
Provinsi
Jawa Timur meliputi beberapa tahapan pekerjaan beserta perhitugan atas risiko yang ada yaitu :
Tabel 1. Perhitngan Risiko Tahapan Proses Pekerjaan
No. |
Aktifitas/Kegiatan |
Deskripsi Bahaya/Hazard |
Potensi
Penyebab |
Penilaian Risiko |
|||
L |
C |
Jum lah |
Risk Level |
||||
1 |
Marking Site |
x Iklim Kerja Panas x Kecelakaan Kendaraan |
x Pekerja kelelahan, Human
Error, Kerusakan Instrumen Kendaraan |
1 |
3 |
6 |
Medium |
2 |
Penggalian |
x Kecelakaan Kendaraan saat mobilisasi
alat kerja dan material x Pekerja
tertimbun tanah saat penggalian pondasi x Excavator terperosok ke |
x Pekerja kelelahan, Human
Error, Kerusakan Instrumen Kendaraan x Kondisi tanah yang kurang stabil x Kurangnya konsentrasi
operator excavator x Tidak adannya |
3 |
3 |
9 |
High |
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 08, No. 1, 2022: 20-33
|
|
dalam galian x Pekerja
tertimbun tanah saat penggalian tanah
bawah pondasi x Pekerja terperosok
ke dalam galian x Pekerja
terpeleset x Pekerja
mengalami
iritasi mata karena
terpapar debu x Pekerja
mengalami
kesulitan bernafas karena paparan
debu |
komunikasi
dan pengawasan
oleh pekerja di sekitar pekerjaan x Tidak adanya barricade pengaman x Pekerja
tidak menggunakan safety
rubber shoes saat akses
naik/turun tangga pada
area galian x Paparan debu dari
area
lokasi penggalian |
|
|
|
|
3 |
Pembesian |
x Tersayat permukaan besi yang tajam x Tertusuk
besi x Tangan dan/
kaki terjepit x Iklim kerja panas (Heat Stress) |
x Pekerja
tidak mematuhi SOP dan tidak menggunakan
APD x Alat
kerja yang
digunakan tidak dilengkapi pengaman x Pekerja bekerja
dibawah terik matahari |
3 |
2 |
6 |
Medium |
4 |
Pemasangan Bekisting |
x Tertusuk kayu x Terpukul palu x Terjatuh ke lubang galian |
x Pekerja
tidak mematuhi SOP dan tidak memakai APD x |
3 |
2 |
6 |
Medium |
5 |
Pengecoran |
x Gangguan pendengaran x Iritasi
mata x Gangguan pernafasan x Mesin molen jatuh kedalam galian x Pekerja terjatuh |
x Paparan kebisingan
dari mesin molen x Paparan
debu dari proses pencampuran batu,
pasir dan semen yang beterbangan x Pekerja
tidak mematuhi SOP dan tidak mengguakan
APD |
3 |
2 |
6 |
Medium |
6 |
Pembongkaran Bekisting dan Pengurugan Tanah |
x Tertusuk kayu x Terpukul palu x Terjatuh x Pekerja tertimbun tanah x Excavator Terperosok ke dalam
galian |
x Pekerja
tidak mematuhi SOP dan tidak mengguakan
APD x Tidak
adanya barricade
di sekitar galian x Kondisi
tanah yang
tidak stabil |
3 |
5 |
15 |
Extreme |
7 |
Errection Tower dan Pemasangan Tangga Vertikal |
x Tertimpa material tower
dan alat kerja x Terjatuh dari |
x Kondisi angin yang kencang x Kondisi tali ginpole/tiangmas yang |
3 |
5 |
15 |
Extreme |
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 08, No. 1, 2022: 20-33
|
|
ketinggian x Tali pengikat
ginpole/tiangmas
yang terputus |
telah getas/berserabut x Tidak
memasang/mengaitkan
Safety
Body Harness |
|
|
|
|
8 |
Pembuatan
Pondasi Pagar dan BTS
(Base Tranceiver Station) |
x MSDs
pada pekerja saat loading material pembuatan pondasi
pagar x Tersayat
permukaan besi yang tajam x Tertusuk
besi x Tangan dan
kaki
terjepit x Iklim kerja panas x Tertusuk
kayu x Terpukul palu x Gangguan pendengaran x Iritasi
mata x Gangguan pernafasan |
x Cara loading material
secara manual yang kurang sesuai x Pekerja
tidak mematuhi SOP dan mengguakan APD x Pekerja bekerja dibawah
terik matahari x Paparan kebisingan
dari mesin molen x Paparan
debu dari batu, pasir,
dan semen yang beterbangan x Pekerja hilang fokus
karena kelelahan x Alat
kerja yang tidak dilengkapi pengaman |
3 |
3 |
9 |
High |
9 |
Pembuatan
Pagar dan Access Road |
x Tertusuk besi
kawat berduri x Iritasi
mata x Gangguan pernafasan |
x Terpapar debu
dari
batu, pasir dan semen
yang beterbangan |
3 |
3 |
9 |
High |
10 |
Grounding |
x Tersayat permukaan tembaga yang tajam x Luka
bakar dan gangguan pernafasan x Terpeleset x Terjatuh dari
ketinggian |
x Pekerja
bekerja tidak seuai dengan
SOP dan tidak menggunakan APD x Pekerja
terkena percikan api
dan asap dari bubuk misiu x Pekerja
tidak menggunakan Safety Body Harness dengan
benar |
3 |
4 |
12 |
Extreme |
11 |
Instalasi Pemasangan Kelistrikan Tower, Dudukan Lampu
dan Dudukan Radio Pemancar |
x Sambungan Kabel
yang berantakan x Tersayat alat pemotong kabel x Terjatuh dari
ketinggian |
x Pekerja kelelahan sehingga tidak fokus dalam bekerja x Pekerja
tidak menggunakan Safety Body Harness dengan
benar |
3 |
2 |
6 |
Medium |
12 |
Finishing |
x Iklim
kerja paas |
x Pekerja
tidak mematuhi |
3 |
5 |
15 |
Extreme |
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 08, No. 1, 2022: 20-33
|
|
(Heat Stress) x Terjatuh
dari ketinggian saat pengecekan
kelengkapan
tower x Kecelakaan kendaraan
saat
demobilisasi alat
kerja |
SOP dan tidak menggunakan APD x Pekerja
tidak menggunakan Safety Body Harness dengan
benar x Pekerja kelelahan,
Human Error, Kerusakan Instrumen
Kendaraan |
|
|
|
|
Berdasarkan
tabel diatas
pe n il a i an a t a s ri sik o ya n g a d a
d i l a k uk a n d e n ga n
m e n ggu n a k a n
t a b e l m at r ik s a n a li sa r i s i ko
m e nu r ut
A u st r al ia /N ew Z e al a nd s 4
3 60 ditemukannya
sebanyak 53
temuan
bahaya/hazard,
kemudian
berdasarkan dari hasil temuan
sebanyak 53temuan bahaya/hazard tersebut selanjutnya
akan dianalisa berdasarkan sumber hazard dan dari data diatas kemudian menurut sumber bahayanya dibagi menjadi 3 golongan
sebagai berikut:
Tabel 3. Golongan Sumber Bahaya/Hazard
No |
Sumber Hazard/Bahaya |
JumlahTemuan |
1 |
Sikap Pekerja(Unsafe
Act) |
9 |
2 |
Lingkungan Kerja |
6 |
3 |
Alat Kerja |
3 |
Jumlah |
18 |
Berdasarkan tabel diatas jumlah temuan golongan sumber bahaya/hazard yang ada dalam tabel 3 merupakan temuan bahaya/hazard yang muncul dari setiap proses pembangunan yang ada pada tabel 2, kemudian digolongkan menjadi 3 golongan menurut sumber
bahaya/hazard dimana apabila
terdapat temuan bahaya/hazard yang sama maka hanya terhitung 1 kali temuan dan akan dikelompokan ke dalam golongan sumber bahaya/hazard menurut sumber bahayanya yaitu berupa
Sikap Pekerja (Unsafe Act),
Lingkungan
Kerja,
Alat Kerja.
Selanjutnya dilakukan
analisa
perhitungan
risikonya sebagai berikut:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 08, No. 1, 2022: 20-33
Tabel 4. Perhitungan Risiko Golongan Sumber Hazard
No |
Sumber Hazard/Bahaya |
L |
C |
R |
Risk Level |
1 |
Sikap Pekerja (Unsafe Act) |
4 |
4 |
16 |
Extreme |
2 |
Lingkungan Kerja |
4 |
3 |
12 |
High |
3 |
Alat Kerja |
2 |
3 |
6 |
Medium |
Berdasarkan tabel terdapat sumber
bahaya meliputi: sikap pekerja lingkungan kerja, dan alat
kerja. Frekuensi temuan terbesar yaitu
ditemukannya bahaya/hazard pada sikap
pekerja yang tidak sesuai standard dan prosedur kerja sebanyak 9 temuan,
lingkungan kerja
sebesar 6 temuan dan alat kerja terdapat 3 temuan. dari tabel 4 dapat
diketahui terdapat 1 sumber bahaya/hazard yang
memiliki nilai "Ekstrim", 1 sumber
bahaya/hazard yang
memiliki nilai "Risiko Tinggi", 1 sumber bahaya/hazard yang memiliki nilai "Risiko Sedang".
3.2 Pembahasan
Menurut UNSW Health and Safety
(2008) sumber hazard yang memiliki nilai "Ekstrim" harus diprioritaskan untuk mendapatkan rekomendasi atau usulan perbaikan
terlebih dahulu NHPXGLDQ QLODL ³7LQJJR´ GDQ VHWHUXVQ\D. Analisa berdasarkan sumber
hazard
serta rekomendasi perbaikan dari sumber hazard yang selanjutnya dilakukan adalah
sebagai
berikut :
A. Analisa Sumber Hazard
1) Analisa Sumber Hazard Terhadap Sikap
Pekerja
Pada tabel
4 menunjukan bahwa risiko
yang
memiliki
nilai ekstrim berdasarka
sumber bahayanya yaitu sikap kerja. Uraian dari sumber hazard sikap kerja yaitu :
a. Sumbber
Hazard dan Frekuesi
Sumber Hazard sikap
pekerja muncul sebanyak 9 kali selama penelitian ini dilakukan.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 08, No. 1, 2022: 20-33
b. Penyimpangan (Deviation)
Penyimpangan yang terjadi pekerja tidak selalu menggunakan APD seperti safety helmet, safety googles, sarung tangan, masker, safety shoes rubber saat
melakukan pekerjaan
c. Penyebab
(Cause)
Penyebab dari munculnya penyimpangan tersebut yaitu rendahnya kesadaran akan Keselamatan Kerja yang disebabkan kurang
intensifnya
pengetahuan dan
pelatihan K3 bagi pekerja terutama
dalam penggunaan
APD, karena budaya
K3 masih dianggap sebagai kewajiban saja, dimana pekerja hanya sebagai
pelaksana.
d. Konsekuenis (Consequence)
Konsekuensi yang akan dialami oleh pekerja apabila melakukan unsafe act
dan tidak
menggunakan APD adalah sebagai
berikut:
1. Kepala
terbentur
2. Gangguan
pernafasan,
pendengaran,pengelihatan
3. Anggota tubuh erjepit
4. Terjatuh
dari ketinggian
Apabila hal ini tidak segera ada upaya perbaikan oleh manajemen K3 perusahaan, maka akan merugikan pekerjaan dan citra
pdari perusahaan tersebut.
e. Tindakan (Action)
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi sumber hazard ini
yaitu sebagai
berikut :
1. Melakukan briefing K3
sebelum
melakukan
pekerjaan
untuk mengingatkan pekerja
tentang risiko bahaya pekerjaan dan pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Melakukan Pelatihan K3 kepada pekerja secara menyeluruh.
3. Pengawasan
secara berkala,
baik oleh petugas
HSE
maupun
Mandor lapangan.
2) Analisa Sumber Hazard Terhadap Lingkungan Kerja
Pada tabel
4 menunjukan bahwa risiko
yang
memiliki nilai
tinggi (high)
berdasarka
sumber bahayanya yaitu
sikap
kerja. Uraian dari sumber
hazard
lingkuga kerja yaitu
:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 08, No. 1, 2022: 20-33
a. Sumber Hazard
dan Frekuensi
Sumber hazard lingkungan kerja muncul sebanyak 6 kali selama
penelitian
ini dilakukan.
b. Pemnyimpangan (Deviation)
Penyimpangan yang terjadi yaitu
:
1. Paparan
debu dari proses kerja,
terutama proses pembetonan
2. Kebisingan yang bersumber dari
mesin kerja c. Penyebab
(Cause)
1. Kurangnya Penerapan 5R
pada Area Kerja
2. Kurangnya kesadaran dalam penggunaan APD
d. Konsekuensi
(Consequence)
Konsekuensi yang akan dialami oleh pekerja apabila lingkungan kerja tidak aman pekerja mengalami penyakit akibat
kerja (PAK) dari paparan debu dan
kebisingan pada area lingkungan kerja
e. Tindakan (Action)
1. Pemberian barricade pengaman disekitar galian
2. Penerapan 5R pada lingkungan kerja
3. Menyediakan rambu
± rambu K3 pada area sekitar lokasi
3) Analisa Sumber Hazard Terhadap Alat
Kerja
Pada
tabel 4 menunjukan bahwa risiko yang
memiliki nilai sedang (medium) berdasarka sumber bahayanya yaitu sikap kerja. Uraian dari sumber hazard alat kerja yaitu
:
a. Sumber Hazard
dan Frekuensi
Sumber hazard alat kerja
muncul sebanyak 3 kali selama penelitian ini
dilakukan.
b. Penyimpangan (Deviation)
Penyimpangan yang terjadi yaitu
:
1. Pekerja tidak hati ± hati dalam mengoperasikan alat kerja
2. Benda terjatuh dari atas karena kurangnya ketelitian saat proses angkat angkut material menggunakan
ginpole/tiangmas.
3. Kurangnya ketelitian saat pengecekan alat
kerja
sebelum dilakukan
pekerjaan
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 08, No. 1, 2022: 20-33
c. Penyebab
(Cause)
1. Perilaku pekerja yang lalai dan tidak hati ± hati menyebabkan kerugian
bagi pekerja lain di sekitarnya
2. Kurangnya inspeksi rutin pada alat kerja oleh pihak kontraktor
3. Kurangnya pengamatan oleh pihak pekerja dan operator
pada
saat
pekerjaan
d. Konsekuensi
(Consequence)
Konsekuensi yang akan dialami oleh pekerja apabila lingkungan kerja tidak aman adalah sebagai berikut :
1. Kecelakaan kendaraan
pada saat mobilisasi maupun demobilisasi kendaraan dan material proyek
2. Pekerja
mengalami luka serius hingga kematian
akibat tertimpa material/alat kerja yang digunakaan
3. Efisiensi waktu pengerjaan yang molor karena kondisi
alat kerja yang
rusak saat akan digunakaan pada pekerjaan
e. Tindakan (Action)
1. Memperhatikan jarak aman saat proses angkat/angkut material tower
2. Pengecekan alat
kerja/kendaraan
pengangkut
seperti
pengecekan fisik kendaraan hingga instrumen yang ada apakahberfungsi atau tidak sebelum melakukan mobilisasi
ke tempatkerja
3. Pengecekan kondisi
tali pada ginpole/tiangmas sebelum digunakan
B. Rekomendasi Perbaikan
Berdasarkan
hasil dari perangkingan resiko, perbaikan terhadap sikap
pekerja, lingkungan kerja dan alat kerja yang memiliki nilai resiko
³(NVWULP´ ³5HVLNR 7LQJJL´ dan ³5HVLNR 0HQHQJDK´seperti berikut :
1) Perbaikan terhadap Sikap Pekerja
Rekomendasi perbaikan yang diusulkan
penulis untuk menanggulangi potensi
bahaya yang
disebabkan oleh sumber hazard sikap pekerja yang tidak
memenuhi persyaratan standar dalam keselamatan kerja dan prosedur bekerja yang
baik
yaitu dengan melakukan
safety
briefing setiap
pagi sebelum
melakukan pekerjaan
agar
mengingatkan pekerja terhadap pentingnya
keselamatan kerja
baik untuk dirinya maupun orang lain,
serta pentingnya
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 08, No. 1, 2022: 20-33
penggunaan APD.
2) Perbaikan terhadap Lingkungan Kerja
Rekomendasi perbaikan yang
diusulkan penulis untuk menanggulangi potensi
bahaya yang
disebabkan oleh sumber hazard lingkungan kerja yang tidak memenuhi persyaratan standard dalam keselamatan kerja dan prosedur bekerja
yang baik yaitu:
a) Melakukan pemasangan rambu ± rambu
K3 pada sekitar
area kerja
b) Memastikan loading dock material berada pada tempat yang mudah di akses dan tidak mengganggu ruang gerak pekerja
c) Memastikan tersedianya barricade pengaman
di
sekitaran galian
agar memberi batasan akses untuk pekerja di sekitaran galian
3) Perbaikan terhadap Alat
Kerja
Rekomendasi perbaikan yang
diusulkan penulis untuk menanggulangi
potensi bahaya yang disebabkan oleh sumber hazard alat kerja yang
tidak
memenuhi persyaratan standard dalam keselamatan kerja dan prosedur bekerja
yang baik yaitu:
a) Melakukan inspeksi
alat kerja yang digunakan sebelum melakukan pekerjaan
b) Dalam proses angkat angkut material menggunakan ginpole/tiangmas harus
memastikan kondisi
tali
pengikat ginpole/tiangmas
telah
terikat kuat dan
tidak berserabut, memastikan radius sekitar tower telah aman
dan
tidak ada proses pengerjaan lainnya menyesuaikan dengan tinggi tower yang dibangun.
Berdasarkan
hasil dari perbaikan resiko tersebut terhadap 3 golongan sumber
bahaya yang telah diperbaiki, pada bagian ini akan menjelaskan nilai dari risko
berdasarkan bahaya/hazard yang telah dilakukan
perbaikan. Pada golongan sumber bahaya/hazard sikap pekerja (Unsafe Act)
memiliki hasil perhitungan risiko 2 kemungkinan dan 3 konsekuensi sehingga mendapat nilai sebesar 6 dengan nilai risiko sedang. Pada golongan sumber
bahaya/hazard lingkungan kerja
memiliki hasil
perhitungan
risiko
2
kemungkinan dan
3
konsekuensi sehingga mendapat nilai
sebesar 6 dengan nilai risiko sedang. Pada golongan sumber bahaya/ hazard alat kerja
memiliki hasil perhitungan risiko 1
kemungkinan dan 2
konsekuensi sehingga mendapat nilai sebesar 2 dengan nilai risiko rendah.
Komentar
Posting Komentar
Tulis Komentar